Social Icons

Pages

Minggu, 23 Maret 2014

Asaku menjadi seorang PERWIRA

Seorang perwira TNI, pastinya akan menjadi ujung tombak dari suatu unit yang dipimpinnya. Ia akan bertanggung jawab penuh atas seluruh anggotanya dan pastinya dengan tugasnya juga. Setiap keputusan yang ia ambil, setiap perintah yang ia keluarkan, akan berdampak langsung pada anggotanya. Dalam medan tempur misalnya, setiap perintah yang ia keluarkan tidak hanya menentukan misinya berhasil atau tidak, tidak juga hanya menentukan hidup mati dirinya sendiri, tapi juga menentukan hidup mati anggotanya, memungkinkan istri anggotanya akan menjadi janda, memungkinkan juga anak-anak dari anggotanya akan tumbuh tanpa seorang ayah. Walaupun anggotanya mungkin sudah siap dengan setiap kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi kapanpun (dalam hal ini gugur dalam tugas) dan mereka mungkin juga tidak akan menyalahkan pimpinan mereka jika hal buruk itu terjadi, namun doktrin seorang pemimpin tetap menuntut nurani untuk memperdulikan anggotanya, karena mereka bukan alat yang bebas diperlakukan sewena-wena, mereka tetap keluarga dalam unit kesatuan tersebut dan mereka tetap punya keluarga yang menanti kehadiran mereka di rumah. Tekanan mental yang dahsyat apabila itu sampai terjadi. Maka dari itu seorang perwira juga dituntut memiliki mental yang prima, dituntut tetap berfikir dengan tenang walau kondisi tertekan sekalipun. Lepas dari itu semua, hidup dalam lingkungan militer sejak kecil sangat berpengaruh akan pola pikirku. Lingkungan yang keras namun sarat akan persaudaraan didalamnya. Memiliki figur seorang ayah prajurit juga sangat membuatku bangga akan beliau, beliau mendoktrin berbagai hal baik kepadaku, termasuk dorongan untuk melanjutkan jejak ayahku pun kudapat. Berjalannya waktu aku semakin mengerti akan dunia ayahku, penuh risiko dan tanggung jawab, namun hal itu sepadan akan kebanggaan menjadi seorang prajurit. Ayahku memang prajurit bawahan, rekoso-rekoso ne prajurit nek omonge wong jowo, namun dari situ aku tau seperti apa kehidupan seorang prajurit yang sebenarnya. Satu kata yang bisa mewakili itu semua, kehidupan prajurit itu ekstrim. Yap, ekstrim kejamnya, ekstrim bangganya, ekstrim hidup sederhananya hahaha. Figur seorang perwira memiliki tempat lain dibenakku, mereka begitu gagah dan penuh wibawa. Ya! Aku ingin seperti mereka! Seorang perwira prajurit tempur yang gagah penuh wibawa, yang menyatu dengan anggota, yang disegani, semua hal tentang perwira membuatnya mendekati sempurna dibenakku. Namun satu hal yang mengganjal, pertanggungjawaban seorang pemimpin di akhirat nanti akan cukup berat, setiap ucapan, perintah, keputusan pasti akan menimbulkan dampak, baik itu dampak yang positif maupun negatif. Untuk yang negatif misalnya saja gugurnya anggota akibat perintah yang kuambil nantinya, mampukah aku menghadapinya? Apa yang harus kukatakan pada keluarganya? Istrinya? Anaknya? Bagaimana aku mempertanggungjawabkannya di akhirat nanti? Ah, pasti ada jalan. Sudah risiko, aku tetap ingin menjadi seorang perwira! Aku tetap ingin menjadi seorang prajurit! Semoga ridho-Nya selalu menaungiku! aamiin

perwira style

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates