Social Icons

Pages

Jumat, 11 April 2014

MIKUL DHUWUR MENDHEM JERO

Tak ada gading yang tak retak sedangkan gajah mati meninggalkan gading, maka gajah mati meninggalkan gading yang retak. Mungkin itu pepatah yang lebih cocok digunakan saat ini. Kenapa saya berkesimpulan seperti itu? Menjadi seorang pemimpin itu tidak mudah, tanggung jawab yang diemban terbilang tinggi, penuh risiko, tapi apabila dikerjakan dengan benar penuh dengan keikhlasan hati, itu merupakan perbuatan mulia! Tidak dipungkiri, seorang pemimpin tidak lepas dari sifat baik dan buruk, mereka manusia, sering salah, tidak sempurna karena kesempurnaan mutlak hanya milik Allah swt. Kita semua sadar itu, namun lucunya ketika seorang pemimpin sedang menjabat dan berkarya sesuai dengan tanggung jawabnya, untuk sejenak mungkin khalayak menilai bahwa kinerjaanya baik, begitu diagung-agungkan. Tapi ketika pemimpin tersebut mendekati akhir masa menjabat atau bahkan sudah tidak menjabat, seolah semua pihak mencari “borok” yang timbul selama kepemimpinannya. Seperti tidak tau terimakasih, atau mungkin disengaja karena tujuan politik, entahlah yang pasti itu kurang ajar! Sangat tidak menghargai segala daya upaya yang telah dikorbankan oleh sang pemimpin, seolah hanya mencari pembenaran diri untuk peningkatan status dirinya sendiri.

Entah kalian sadar atau tidak tapi coba renungkan ketika pak Harto menjabat sebagai presiden beliauu sama sekali tidak mempersoalkan segala borok pak Karno, walaupun pak Harto tau betul segala borok pak Karno tetapi beliau tidak membawa ke meja hijau, karena beliau tau apabila borok pak Karno dibawa ke meja hijau justru malah akan menjatuhkan martabat bangsa Indonesia dimuka internasional yang ketika itu kondisi Indonesia masih menjadi sorotan Internasional karena pasca Proklamasi. Apa yang dilakukan pak Harto adalah BENAR, ia menutupi aib atasannya dan ikut mengangkat citra atasannya, karena disitulah letak martabat diri akan terbentuk. Tak heran pak Harto mampu menjabat Presiden Indonesia secara absolut selama 32 tahun! Tapi lihat ketika pak Harto turun dari jabatannya, banyak pihak yang mencoba memperkarakan borok pak Harto selama kepemimpinannya. Ini fakta. soeharto-b473

Lalu bandingkan akhir-akhir ini, banyak pihak yang menghujat kepemimpinan Bapak SBY dengan sengaja membutakan mata mereka atas segala pencapaian gemilang yang dilakukan pak SBY! sby

Penghujatan tersebut justru lebih mengarah kepada usaha politik yang dilakukan oleh pihak oposisi, politik yang tidak sehat akan melahirkan hal yang tidak sehat pula! Seperti inilah cara pandang sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini, begitu mudah diprovokasi. Mereka lupa akan falsafah Jawa yang mengajarkan untuk “MIKUL DHUWUR MENDHEM JERO” (falsafah ini mengajarkan seseorang untuk bisa mengangkat derajat dan martabat pimpinannya, entah itu pimpinan keluarga, masyarakat, tempat kerja, ataupun lebih luas lagi. Bawahan harus dapat menutupi aib pimpinan tersebut, serta tidak membuka dan mengekspos aib tersebut kepada khalayak umum karena pada dasarnya, aib pimpinan adalah aibnya sendiri. Dengan membuka aib orang untuk tujuan jahat akan mengundang karma karenanya kelak, aibnya sendiri akan dibuka oleh orang lain. Dalam konteks masa kini, membuka aib pimpinan sudah umum dijumpai. Entah dalam rangka merebut posisi pimpinan tersebut atau tujuan politis, karenanya situasi masyarakat seringkali jadi tidak tenang.). pikulan

Khalayak umum sekarang seolah hanya mencari keuntungan sepihak, tanpa memperdulikan siapa yang dirugikan atas tindakan yang mereka ambil. Dari beberapa kasus yang terjadi, saya pribadi mengambil 2 hipotesa, yaitu begitu mudahnya pihak masyarakat Indonesia terprovokasi oleh segala berita yang belum tentu benar dan sarat akan bau politis dikarenakan suksesnya pihak asing yang menggerogoti ideologi dan kepribadian asli bangsa ini! Atau memang kita telah melupakan falsafah-falsafah yang berasal dari kepribadian bangsa ini sendiri, seperti “mikul dhuwur mendhem jero” misalnya.

Artikel ini merupakan pendapat saya pribadi dari pengamatan saya selama ini. Semoga bermanfaat.

Minggu, 06 April 2014

Co Konco Tisu!

Konco tisu? Pernah dengar? Pernah mengumpatkan kata itu kepada seseorang? Pernah mendapat umpatan seperti itu? Sebenarnya apa sih arti kiasan “konco tisu”? Apakah kalian paham artinya atau hanya ikut-ikutan tanpa mengerti artinya?

Kalau katanya sih konco tisu itu temen yang hanya sekali pake, iya sekali pake, masih nggak ngerti? Cuma dateng kalo butuh trus pergi gitu aja kalo udah ga butuh, kayak tisu gitu habis dipakek terus dibuang (katanya). Tapi coba perhatikan ungkapan arti “konco tisu” tersebut! Ada yang janggal? ADA!

Coba perhatikan dialog sederhana berikut:

A : “oh pancen kowe kuwi konco tisu!”

B : “ngerti artine konco tisu ra?!”

A : “yo koyok kowe kuwi to! Mung moro yen ono perlune, yen ora ono perlu terus ngilang ora nganggep konco! Koyok tisu bar dienggo njuk dibuang!”

B : “haha, yen ngono berarti kowe goblok pindo!”

Mari kita analisa, tisu awalnya bersih tapi setelah kita pake maka itu tisu bakal jadi dekil dan tidak ada alasan untuk kita tetap menyimpannya, pasti kita buang setelah kita pake . Nah, apabila kita mengarahkan umpatan “konco tisu” kepada seseorang, siapa yang sebenarnya bodoh? Tentu orang yang mengucapkan umpatan itu! Selayaknya pengguna tisu, si penggunalah yang membuang tisu, berarti umpatan itu sangat salah kaprah apabila kita mengartikan sesuai dengan apa yang dijelaskan diatas. Maksud dari orang yang mengucapkan umpatan “konco tisu” mungkin adalah karena orang yang diumpat hanya datang ketika dia membutuhkan kita namun pergi tanpa jejak saat kita membutuhkan dia, apakah maksud yang demikian cocok dengan arti “konco tisu” sebenarnya? Nahloooooh..

Jadiiiiiii apabila kita mengumpat “KONCO TISU” kepada seseorang, maka kita bodoh 2x! Kenapa? Karena kita salah sasaran bila menggunakan kiasan itu. Nek kowe nguneni wong konco tisu, lha tisu kuwi nek dienggo rak yo kowe dewe seng nganggo tur kowe dewe seng mbuang to? Yen ngono seng goblok sopo? Lak yo kowe dewe to? Hayooooooooo.

Ah intinya, jangan mudah mengumpat orang apabila tidak mengerti arti sebenarnya dari umpatanmu itu, lha wong mengumpat wae ora entuk og opo meneh we ngumpat tapi ra ngerti artine, bodoh 2x kaaaan? Semoga sedikit pendapat saya ini bermanfaat! :D wkwk

 
Blogger Templates